BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 31 Mei 2011

BERBAGI


BERBAGI
Sedari kecil, keluargaku sudah membiasakan kami untuk berbagi, terutama ibu, beliau selalu mencontohkan kami untuk selalu berbagi dengan siapapun
Walaupun ibuku mempunyai warung makan, tapi kalau beliau memasak masakan khusus untuk keluarga, beliau selalu membaginya dengan tetangga
Kebiasaan untuk berbagi telah membekas dalam kebiasaan kami, ada perasaan tidak tega atau miris saat kami bisa menikmati makanan mahal tapi disamping kami ada seseorang yang untuk sekedar memenuhi kebutuhan makannya  saja harus mengais belas kasih orang
Saat aku bekerja pun, ibu mengajarkan aku untuk menyisihkan sebagian penghasilanku untuk yang berhak menerimanya dan menyenangkan hati orang-orang tua dan anak-anak kecil
Dan akupun memberikan hampir sebagian besar penghasilanku untuk ibu dan keluargaku yang lainnya
Selama beberapa tahun bekerja, aku tidak mempunyai tabungan yang cukup layaknya orang yang sudah bekerja, mungkin kalau kata bang Aidil Akbar atau Safir Senduk itu kondisi keuangan yang tidak sehat, tapi aku merasa batinku sangat sehat dan bahagia, aku merasa  sangat puas karena dengan penghasilanku yang hanya pas-pasan aku bisa membuat bahagia dan senang keluarga, kerabat dan tetangga-tetanggaku
Kadang ada juga dari teman-temanku yang sudah sukses dan mungkin dia sudah mempunyai segalanya, rumah, mobil, usaha, deposito menanyakan kepadaku “kamu sudah punya apa liys”, dan aku hanya menjawab “ saya ga punya apa-apa tapi Alhamdulillah saya diberikan kesehatan dan kasih Tuhan”
Karena kebiasaanku itu, aku kadang takut kalau nanti suamiku akan keberatan dengan kebiasaanku itu, dan kadang itu menjadi pertimbanganku juga ketika aku mencari suami, aku ingin kebaikan yang aku lakukan ketika aku masih sendiri, bisa aku lakukan  lebih banyak lagi ketika aku sudah menikah nanti
Aku sangat takut jikalau nanti aku mendapatkan suami yang super pelit dan kikir, aku takut dia akan keberatan dengan kebiasaanku itu
Ketika aku dekat dengan Lee, aku sangat takut kalau dia adalah tipe lelaki yang pelit, tapi aku segan juga untuk membahas soal keuangan dan yang berkitan dengan uang
Saat hubunganku dengannya semakin dekat, dan kami sering membicarakan masa depan, akhirnya aku beranikan diri untuk menanyakan hal yang paling tabu yang selama ini aku jaga
“babe, aku mau nanya, tapi maaf ya jangan tersinggung” kataku
“iya love, mau naya apa” jawab Lee
“kamu  kerja di kantor kamu yang sekarang sudah berapa tahun ?”
“4 “
“dah lama juga ya…..gaji kamu sekarang berapa babe?”
“5 k”
“good”
“yeah, not bad”
“kamu ngasih buat keluarga kamu ga, babe”, dalam hati aku takut kalau Lee jawab ga
“iya” kata Lee, lega rasanya denger jawaban Lee “ syukurlah” kataku dalam hati
“berapa”
“ga tentu”
“rata-rata”
“3 k”
“a month?”
“yes”
“so, u save 2 k for u, every month?”
“not for me love, for us”
Setelah percakapan itu, sepertinya ada sesuatu yang mengusik fikiranku, otakku menganalisa, 3 K bukanlah jumlah yang sedikit, dan dengan ringan hati Lee memberikannya untuk keluarga, kerabat dan orang-orang yang berhak menerimanya
60 % dari penghasilan Lee buat kebutuhan orang lain, dia hanya menyisakan 40 % untuk kebutuhan dirinya, dan itupun dia bilang bukan buat dia tapiitu buat kami
Terpikir dalam hati, apa ga terlalu banyak 3 K buat orang lain dan cukupkah 2 K untuk hidup dia, dan mungkin untuk kami nanti, untuk keluarga kami kelak
Lama aku berfikir, awalnya, aku merasa takut dan ada sedikit rasa agak keberatan, sampai akhirnya hati kecilku menasehati diriku” Eliys, kenapa kamu jadi pelit?, bukannya kamu dulu menginginkan suami yang tidak pelit dan ketika Tuhan mengirimkan untukmu seseorang yang tidak pelit dan sayang dengan keluarga, kerabat dan orang yang berhak, kamu merasa keberatan…..”
Lama aku termenung, dan hati kecilku kembali berbicara padaku” dulu kamu menginginkan mempunyai seseorang yang tidak akan menghalangi atau mengurangi kebaikan yang kamu lakukan, dulu kamu menginginkan seseorang yang bisa bantu kamu melakukan lebih banyak kebaikan ketika kamu sudah berkeluarga, bisa lebih banyak orang yang bisa kamu bantu, dan ketika Tuhan mengirimkan seseorang yang mempunyai keinginan dan hasrat yang sama dengan kamu, kamu merasa keberatan, kamu berat hati untuk membantunya  berbuat baik, kamu berat hati untuk tetap menemaninya menyayangi orang lain, sungguh egois sekali kamu, kamu menginginkan tetap bisa berbuat baik tapi kamu merasa berat hati ketika ada seseorang yang ingin tetap berbuat baik tanpa melupakan kewajibannya”
Sejenak aku tersadar, aku tidak boleh merasa berat hati ketika Lee berbuat baik kepada orang lain dan  aku harus membantu dan menemaninya untuk tetap berbuat baik dan menjadi labih baik lagi ketika kami bersama nanti
Teringat cerita dulu ketika ada seseorang yang memberikan seluruh makanannya untuk menjamu tamunya dan yang tersisa untuk keluarga mereka hanyalah sisa dari makanan tersebut,sang istri berkata ke suaminya “ suamiku, semua makanan yang kita punya sudah saya berikan untuk menjamu tamu kita, yang buat kita makan adalah sisa-sisa dari makanan tadi” dan sang suami menjawab dengan kebijakannya” yang akan menjadi milik kita kelak adalah yang engkau berikan kepada tamu kita, sedangkan yang kita makan adalah sisa yang tidak akan menjadi hak kita kelak”
Aku percaya, Tuhan akan mencukupkan rizki kami dan Tuhan akan mengganti apa yang kami keluarkan dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih berkah, Tuhan akan menolong kami dengan caraNYA dan memberikan rizki yang tidak akan pernah kami sangka asalnya
Aku percaya Tuhan tidak akan membiarkan kami kelaparan selama kami mengeluarkan hak kami untuk  orang-orang yang berhak menerimanya, Tuhan tidak akan memiskinkan kami selama kami membantu mensejahterakan kehidupan  orang lain
Tuhan, bantu kami  untuk tetap bisa berbuat baik, , beri kami kekuatan untuk tetap bisa membantu kehidupan orang lain, tenangkan jiwa kami yang gundah ini, luruskan niat kami
Tuhan, kami percaya Engkaulah yang menjamin hidup kami, maka kami percayakan kehidupan kami hanya kepadaMU…

0 comments: