BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Kamis, 16 Juni 2011

BUDAYA SASAK DI GEDUNG KESENIAN JAKARTA

Setiap saya jalan –jalan ke daerah pasar baru, saya selalu penasaran dengan Gedung kesenian Jakarta (GKJ), gedung tua yang megah menurutku, hayalkupun sering berkelana ke jaman VOC kala memandangnya, dimana para tuan dan nyonya belanda pergi untuk menyenangkan hati mereka kesana, melihat pertunjukan opera , mendengar nyanyian merdu dan tempat berkumpulnya para sosialita pada zamannya
GKJ merupakan gedung tua peninggalan Belanda,Pendiriannya atas prakarsa dari Daendels, Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu tapi pelaksanaannya oleh Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814, sebagai arsiteknya adalah Mayor Schultze dan gedung ini Resmi berdiri pada tahun 1821
Gedung ini pertama kali bernama Theater Schouwburg Weltevreden dikenal juga sebagai Gedung Komedi, kemudian pada jaman Jepang berubah fungsi menjadi markas tentara yang dikenal dengan nama Kiritsu Gekitzyoo dan pada tahun 1926 pernah digunakan untuk Kongres Pemoeda yang pertama, di gedung ini pula pada 29 Agustus 1945, Presiden RI pertama Ir. Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan digunakan pula untuk bersidang beberapa kali
Kemudian pada tahun 1951 dipakai oleh Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi & Hukum, lalu sekitar tahun 1957-1961 dipakai sebagai Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), tahun 1968 dipakai menjadi bioskop “Diana” dan tahun 1969 berubah menjadi Bioskop “City Theater” dan akhirnya pada tahun 1984 dikembalikan fungsinya sebagai Gedung Kesenian (Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 24 tahun 1984). Gedung ini direnovasi pada tahun 1987 dan mulai menggunakan nama resmi Gedung Kesenian Jakarta
Sekarang GKJ berada di jalan gedung kesenian no. 1 jakarta pusat, tepat di seberang pusat pertokoan pasar baru dan di depan halte busway pasar baru timur, sehingga untuk busway mania seperti saya, sangat mudah untuk menemukannya
Didepan GKJ , banyak seniman yang menawarkan jasanya untuk melukis, harga yang ditawarkan bervariasi tergantung dari besar kecilnya gambar dan resolusi dari gambar yang akan dipindahkan
Dan tadi malam, aku berkesempatan untuk bisa merasakan kemegahan dari gedung ini, bisa menghayalkan bagaimana senangnya nona Belanda saat itu kala memasuki dan menyaksikan pertunjukan di gedung tersebut, wuih...... serasa
Mungkin untuk lebih merasa seperti nona Belanda lagi, aku juga perlu pakai pakaian seperti jaman itu kali ya, dengan pakaian sutra panjang, bertopi bulu dan kipas yang selalu ditangan, hehehe....
Pertunjukan yang diselenggarakan GKJ tadi malam adalah kesenian tari dari Lombok, ada dua tarian yang dipentaskan,
1.Perempuan Rusuk Dua,
Sinopsis dari tarian ini adalah : Bangsawan dan jajar karang amatlah menentukan harga uang jaminan pernikahan perempuan sasak. Seolah, setiap petak dan tarikan nafas di bumi Lombok adalah cerminan dari agung sekaligus runtuhnya perbedaan....
Inikah laki-laki sasak itu????
Mengubah dan memaksa tanpa memeperduliakn dengan siapa ia membangun rumah tangga....
Menalarlah hati Rianti sampai kedalam sasar, meninggalkan cinta sejati hal paling berarti. Ia melebihi bunuh diri
Rianti telah tumbang. Sebagai perempuan Cina, ia mesti mengaku, perempuan sasak itu menguasai langit beserta isinya
Intinya sih : Cinta sejati yang ga bisa bersatu karena kekuatan adat
2.Lamapan Lahat
Sinopsis dari tarian ini adalah : Sebuah pesta pasti berujung usai, pucuk tertinggi pada saatnya pasti akan menyentuh bumi, perjalanan akhirnya kan terhenti saat tujuan akhir telah tercapai. Ada awal ada akhir kecuali yang memang tak berawal dan tak berakhir. Demikian tabiat perjalanan jagad ciptaan, sangat tergantung pada penciptanya. Kesaktian seorang Kawi juga tidak akan mampu melawan hukum jagad, secara naluriah ia akan mengakhiri kisah kesaktian tokohnya dengan takdir kefanaan.
Dalam sebuah kisah, waktu dan riwayat tidak selalu berjalan seirama, saat riwayat tengah berlangsung waktu berhenti dan saat waktu telah berlalu, kisah bisa masih terus berjalan
Demikian kisah Wong Menak Jayengrana, raja di raja sakti harus mengongsong takdir kemanusiaannya dengan cara manusia dan jalan hidup yang dijalaninya
Inti dari tarian ini : Semua yang hidup pasti akan mati, itulah adat penciptaan, siapapun dan apapun yang tercipta tidak akan bisa melawan adat tersebut
Sungguh Indonesia kaya akan budaya dan tempat- tempat bersejarah yang selalu menyenangkan untuk dikunjungi
Nyok kita lestarikan budaya nasional dengan mengunjungi tempat-tempat sejarah yang ada di Indonesia

0 comments: