BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 08 Juni 2011

DRAGON BOAT RACE

PECUN FESTIVAL



Sabtu tanggal 4 Juni 2011, aku ikut rombongan anak-anak LOH ( Love Our Heritage ) untuk mengikuti acara pecun di tangerang, tepatnya di klenteng boen tek bio yang acaranya diadakan sepanjang kali cisadane
Acara pecun ini diselenggarakan tiap tahun, tepatnya tanggal 5 bulan 5 penanggalan cina
Rencananya aku berangkat dengan kereta ekonomi dari kalideres ke tangerang, sedangkan anak-anak LOH berangkat dari kota dengan benteng express. Kereta ekonomi yang akan aku tumpangi berangkat jam 8 pagi, maka aku bersiap dari rumah jam 7.45, karena jarak dari rumah ke stasiun sangatlah dekat dan mungkin hanya memakan waktu 3-5 menit dengan menggunakan angkot
Aku keluar dari rumah dan kebetulan ada angkot yang ngetem disitu dan akupun langsung menaikinya tapi angkot ga langsung berangkat, masih menunggu penumpang lainnya. Dengan cemas aku melihat jamku, Akhirnya jam 7.50 angkotpun berangkat, dan sesampainya di stasiun, kereta sudah menungguku disana, dengan berlari aku menuju loket tapi saat aku semakin dekat dengan loket, kereta mulai berjalan dan akupun mulai mengejar kereta sambil berkata “ tunggu...............tunggu......”, tapi kereta semakin kencang berjalan, menjauh kemudian menghilang , akhirnya akupun berhenti berlari dan orang-orangpun memperhatikanku, malunya aku.......
Akupun ketinggalan kereta dengan jam ditanganku masih menunjukkan pukul 7.55, kerajinan sekali tuh kereta, huh......
Aku melihat jadwal kereta ekonomi berikutnya jam 11.44 dan benteng express jam 8.26 tapi berhenti di rawa buaya, akhirnya aku mutusin untuk pergi ke stasiun rawa buaya, aku berfikiri kalau naik angkot kesana ga mungkin ke kejar karena biasanya macet, maka aku putusin untuk naik ojek, akhirnya akupun menghampiri pangkalan ojek
“ditinggal kereta ya neng” kata salah satu tukang ojek
“iya bang”, balasku sambil tersenyum malu “ bang ke rawa buaya berapa?” tanyaku lagi
“ 7rb, neng”
“5rb ya?”
“ya udah, naik neng”
Akupun langsung nangkring dibelakang tukang ojek “ di perjalanan tukang ojek menasehatiku “ makanya neng, kalau mau naik kereta itu, biar neng aja yang nunggu, jangan keretanya yang nunggu”
Sungguh nasehat yang sangat berharga dan akan selalu ku ingat,hehehe
“iya bang”
“kereta itu dah berhenti lama di stasiun”
“ jadwalnya kan jam 8 bang, di jamku masih jam 7.55” kataku membela diri
“ Jamnya ketelatan kali”
“ga bang, jam saya sama ama metro tv” kataku lagi....
“Tapi ya kalau ga kayak gini , ga bagi –bagi rejeki neng”
“bagi-bagi rejeki gimana bang”
“kalau tadi dah naik kereta kan, saya jadi ga narik, klau kayak gini kan saya juga dapet rejekinya neng”
‘hehehe, iya bang” kataku sambil tersenyum gimana gitu
Jam 8.10, aku nyampe di stasiun rawa buaya, dan disini aku yang akhirnya menunggu kereta karena kereta benteng nyampai di rawa buaya jam 8.26
Jam 8.20 kereta dah nyampe rawa buaya dan akupun langsung menaiki kereta dengan perasaan akhirnya bisa naik kereta juga
Di gerbong yang aku naiki hanya berisi 6 orang, aku bisa selonjoran bisa bergerak bebas di dalam kereta, coba bayangkan dengan kondisi di kereta ekonomi yang telah meninggalkanku, begitu sesak dan berhimpitan dan semua aroma bisa dirasakan, alhamdulillah, mungkin Tuhan ingin aku merasakan kenyamanan ini, terima kasih Tuhan
Jam 8.45, akupun nyampe di Stasiun Tangerang dan bertemu dengan anak-anak LOH yang notabene satu kereta tapi beda gerbong dan ini pertama kalinya aku bertemu dengan mereka , akupun berkenalan dengan mereka, orang-orang yang menyenangkan,hmmmm.......
Menyusuri gang kecil, kamipun akhirnya sampai di jalan MT Haryono, tujuan kami selanjutnya adalah wisata kuliner, hmmmm nyam nyam......
Kami naik angkot menuju Lontong sayur & nasi uduk Ncim Sukaria di jalan Soleh Ali, disitu ada menu utama, nasi uduk, lontong sayur dan nasi ulam, dan jajanan kecil seperti, gemblong, lapis, dan makanan kecil lainnya
Aku dah pernah makan nasi uduk dan lontong sayur walaupun di tempat lainnya jadi setidaknya aku dah pernah tahu rasanya, yang belum pernah aku coba adalah nasi ulam, akhirnya aku memesan nasi ulam dan bakwan udang, nasi ulam ini berwarna coklat dan menurutku rasanya agak aneh, seperti makanan ada pasir lembutnya tapi rasanya gurih, susah ngungkapinnya ( yang bacapun pasti susah ngebayanginnya ya )
Untuk satu porsi nasi ulam dipatok harga Rp 10rb dan 1 bakwan jagung Rp 2rb, lumayan lah
Setelah selesai sarapan, kami berjalan menyusuri gang perumahan penduduk menuju klenteng boen tek bio, tujuan utama perjalanan kami
Akhirnya kami sampai di bantaran kali cisadane dan ternyata sudah ramai, banyak stand yang berdiri dan ada dua panggung hiburan, satu yang berada dipinggir kali cisadane, yang dimeriahkan oleh barong sae dan musik modern dan di atas sungai cisadane yang dimeriahkan oleh musik tradisional
Kami menyusuri kerumunan orang dan akhirnya kamipun sampai di boen tek bio. Klenteng ini berdiri sekitar tahun 1684 dan merupakan klenteng tertua di kota tangerang dan sebagai Tuan rumahnya adalah Dewi Kwan Im
Boen Tek Bio berasal dari kata boen yang berarti sastra, tek yang berarti kebajikan dan bio adalah tempat ibadah
Bangunan kelenteng banyak didominasi oleh warna merah. Mulai dari pilar-pilar penyangga hingga warna dinding, semuanya serba merah. Di bagian atap luar, hiasan naga sebagai simbol kesucian terpasang dengan apik, naga dilambangkan sebagai hewan suci yang kehadirannya membawa kebahagian.

Kelenteng ini juga masih memiliki dua buah lorong yang memiliki arti tersendiri dalam prosesi peribadatan, yakni Pintu Kesusilaan dan Jalan Kebenaran. Kedua lorong ini memiliki arti yang cukup dalam. Meski sederhana, kedua lorong itu mengajak umat untuk selalu berbuat kebaikan dan hidup di jalan yang benar, dan disini juga terdapat dua buah tungku yang dibuat dari roda kereta pada tahun 1910 dan juga masih aktif digunakan umat untuk beribadah.

Sejarah etnis tionghoa di tangerang diceritakan dalam kitab sejarah Sunda yang berjudul "Tina Layang Parahyang" (Catatan dari Parahyangan), dalam kitab tersebut diceritakan tentang kedatangan orang Tionghoa ke daerah Tangerang. Sekitar tahun 1407, saat kekaisaran dinasti Ming, sekelompok orang negeri tirai bambu merantau. Kepergian dari tanah leluhurnya disebabkan pada masa itu berkecamuk peperangan tiada henti, karenanya pencarian penghidupan yang lebih layak kerap dilakukan.
Kitab tersebut juga menceritakan tentang mendaratnya rombongan Tjen Tjie Lung (Halung) di muara sungai Cisadane. perahu yg mereka tumpangi karam karena terbentur karang ,Perahu rombongan Halung terdampar dan mengalami kerusakan juga kehabisan perbekalan. Tujuan mereka awalnya adalah jayakarta (Jakarta)
Pada waktu itu pusat pemerintahan ada di sekitar pusat kota sekarang, yang diperintah oleh Sanghyang Anggalarang selaku wakil dari Sanghyang Banyak Citra dari Kerajaan Parahyangan.
Rombongan Halung ini membawa tujuh kepala keluarga dan di antaranya terdapat sembilan orang gadis dan anak-anak kecil. Mereka kemudian menghadap Sanghyang Anggalarang untuk minta pertolongan. karena gadis-gadis yang ikut dalam rombongan itu cantik-cantik, para pegawai Anggalarang jatuh cinta dan akhirnya kesembilan gadis itu dipersuntingnya. Sebagai kompensasinya, rombongan Halung diberi sebidang tanah pantai utara Jawa di sebelah timur sungai Cisadane, yang sekarang disebut Kampung Teluk Naga.

Gelombang kedua kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang diperkirakan terjadi setelah peristiwa pembantaian orang Tionghoa di Batavia tahun 1740 ( merahnya kali besar karena bercampur dengan korban pembantaian dan mayat-mauyat yang bergelimpangan) VOC yang berhasil memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orang-orang Tionghoa ke daerah Tangerang untuk bertani. Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Tionghoa berupa pondok-pondok yang sampai sekarang masih dikenal dengan nama Pondok Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, dan sebagainya.
Orang-orang tionghoa yang bermukim sekitar kali cisadane ini biasanya dipanggil dengan cina benteng karena mereka tinggal di dekat benteng yang dulu dibangun pada masa VOC
Di klenteng boen tek bio ini ada satu tradisi yang masih hidup dan keselenggaraannya selalu ditunggu-tunggu oleh orang-orang tionghoa , bukan hanya yang berasal dari daerah tangerang saja tapi juga dari seluruh indonesia dan bahkan ada yang datang dari luar negri, yaitu gotong tempekong, acara ini adalah mengarak tempekong yang ada di klenteng keliling kota tangerang ( sesuai dengan ijin yang dikeluarkan oleh pemda tangerang, sejauh mana kelilingnya....) dan dilaksanakan setiap 12 tahun sekali, saat tahun naga, jadi tahun depan akan ada perayaan tersebut, yuk mari kita datang lagi kesana
Klenteng Boen tek bio terletak diantara klenteng boen san bio ( 1689 )dan boen hai bio ( 1694 ), menurut keyakinannya ketiga kelenteng yang dibangun oleh satu kelompok yang sama itu dibuat karena satu ikatan moral”kebajikan setinggi gunung dan seluas lautan”
Setelah puas mengelilingi klenteng Boen Tek Bio, kami menuju bantaran sungai cisadane untuk briefing lomba perahu naga, anak-anak LOH satu tim dengan anak-anak IPTI ( ikatan pemuda tionghoa indonesia ), kami baru pertama bertemu tapi kami tidak canggung untuk beradaptasi, pokoknya asik dah....
Setelah briefing, kami makan siang di SS yang sambelnya bikin beler hidung dan huha huha....., kenyang makan kamipun balik ke tempat lomba perahu naga untuk bersiap-siap , tapi ternyata giliran kami masih lama, dah kekenyangan, di tiup angin sepoi-sepoi dan alunan merdu lagu anak- anak LOH bikin ngantuk dan pengen zzzzzzzzzzzzz........
Akhirnya giliran kami berlombapun tiba, kami menempati posisi masing-masing sesuka hati kami, ga ada aturan yang kuat dayung didepan yang penting having fun,hehehhe....
Kami begitu bersemangat menuju garis star, ternyata berat juga mendayung perahu berlawanan arus, aturan utamanya adalah kami harus kompak dalam mendayung, tapi ternyata inipun kami langgar,hehehe.....
Kami tetap bersemangat dari star ke finish, walaupun kami tertinggal jauh oleh lawan kami, tapi kami tetap bergembira dan tertawa-tawa, dan akhirnya kamipun jadi runner up dari dua peserta, hehehe....seru seru seru......gokil abis.....

Di tempat pemberhentian perahu, kamipun disambut meriah oleh teman-teman kami walaupun kami tidak menang tapi yang pasti kami sudah memenuhi harapan mereka untuk tersenyum dan tertawa melihat aksi kami diatas perahu,hehehe.....
Selesai lomba, kami balik ke klenteng boen tek bio tuk beramah tamah dengan anak-anak IPTI, menyenangkan mempunyai teman-teman baru dengan latar belakang budaya yang berbeda tapi kita tetap satu INDONESIA, yeah..... we love you INDONESIA
Nantikan kami di pecun tahun depan, dan kita akan kembali bersenang-senang !!!!

0 comments: